Kamis, 13 Desember 2012
Kebudayaan dan Arsitektur Rumah Bangsa Bugis
Kebudayaan
Bugis seringkali digabungkan dengan kebudayaan Makassar, kemudian
disebut kebudayaan Bugis-Makassar. Kebudayaan tersebut mendiami bagian
terbesar jazirah selatan pulau Sulawesi. Di Sulawesi selatan terdiri
atas 15 suku, yakni Bugis, Makassar, Toraja, Mandar, Ulumanda, Bentong,
Bajo, Luwu, Kajang , Campalagian, Enrekang, Konjo, Duri, Maiwa, dan
Pannei. namun suku Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar yang memiliki
komunitas terbesar. sehingga seluruh suku tersebut dapat dikatakan
sebagai BANGSA BUGIS. Secara
etnologi, Bangsa Bugis merupakan keturunan Melayu Muda yang disebut
Deutro Melayu yang berasal dari India Belakang. mereka datang secara
bergelombang. Gelombang pertama adalah Melayu Tua yakni nenek moyang
suku Toraja. Gelombang kedua adalah Melayu Muda (Deutro melayu) yang
merupakan nenek moyang suku Bugis, Makassar, Mandar dan suku lainnya
selain suku Toraja. Suku Bugis menggunakan bahas pengantar Bahasa " Ugi "
dan telah memiliki kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad lamanya
dalam bentuk "Lontara". Huruf yang dipakai adalah "Aksara Lontara".
Konsep Good Governance Kajao Lalliddong
Kajao Laliddong lahir pada masa pemerintahan Wé Benrigau, Raja Bone
ke IV dan diperkirakan meninggal di Kampung Laliddong pada masa
pemerintahan La Inca', Raja Bone ke VIII. Dikenal sebagai seorang
cendikiawan, negarawan, dan diplomat ulung yang buah pikirannya
menjadi konsep pangadereng yang kemudian bermetamorposis menjadi pola
dasar pemerintahan kerajaan di negeri-negeri Bugis dan Makassar pada
umumnya, khususnya Kerajaan Bone. Pangadereng ini pula menjadi prinsip
hidup masyarakat Bugis-Makassar dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.Kajao Laliddong yang semasa kecilnya bernama La Méllong
adalah pabbicara –Penasihat, Pemimpin Masyarakat dan Duta Keliling
Kerajaan Bone pada masa pemerintahan La Uliyo Bote’é dan Tenri Rawe
Bongkangé. Kedua raja inilah yang banyak menggali buah pikirannya. La
Méllong juga dianggap sebagai seorang negarawan yang mempunyai
pemikiran jauh ke depan (sumber manurung’e).
Bedah Lagu "Ongkona Bone"
Lagu dengan judul Ongkona Bone tersusun dari
syair-syair / kalimat yang menggunakan bahasa Lontara atau bahasa Bugis.
Dan telah disepakati sebagai lagu wajib bagi masyarakat Kabupaten Bone
baik di tingkat sekolah maupun umum.
Lagu
tersebut biasanya dinyayikan dalam kegiatan seremonial Hari Jadi Bone
atau pada kegiatan lomba yang diselenggarakan di sekolah-sekolah baik
bentuk solo maupun paduan suara. Lagu Ongkona Bone sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti kapan diciptakan dan siapa penciptanya. Namun
apabila kita membedah bahasanya serta menghubungkan dengan sejarah ,
maka kemungkinan besar lagu tersebut tercipta sekitar tahun 1905 yaitu
pada saat terjadinya perang antara Kerajaan Bone melawan pasukan
Belanda. Ribuan laskar kerajaan Bone yang gugur dalam pertempuran itu.
Di sepanjang pantai Teluk Bone diserang habis-habisan oleh tentara
Belanda. Karena persenjataan yang tidak seimbang, maka tentara Belanda
berhasil menguasai kerajaan Bone. Jatuhnya Kerajaan Bone inilah yang
dikenal Peristiwa Rumpa’na Bone 1905.
Senin, 10 Desember 2012
Lontara Baca-bacana Ugi'e
Bangsa bugis seperti halnya bangsa-bangsa di dunia memiliki semacam
kepercayaan atau keyakinan yang dijadikan sebagai pegangan atau petunjuk
hidup dalam melakoni hidupnya. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam era
globalisasi sekarang ini disamping menyandarkan hidup kepada Allah
Yang Maha Esa masih sering didapati di tengah-tengah kehidupan
masyarakat Bugis mempercayai sesutu tradisi budaya yang dianggapnya
dapat dijadikan sebagai petunjuk atau pananrang atau rapang dalam
kehidupannya. Percaya atau tidak ? Berikut ini kami haturkan untuk
Anda.
Rahasia Basmalah
Bismillaahirrohmaanirrohiim inilah kalimat yang sering kita ucapkan ketika hendak melakukan sesuatu. Mengapa kalimat ini menjadi begitu sakral ? inilah sebagian kecil rahasianya.
Bismillah ada 7 Huruf Kenapa? Buka dirimu atas kebenaran
surat AL FATIHAH yang merupakan ummul KITAB.
Ada 19 huruf disini BA', sebagai permulaanya atau pintu
pembukanya, ada SIN, MIEM, ALIF, LAM, LAM, HA', ALIF,
LAM, RO', MIEM, HA', NUN, ALIF, LAM, RO', HA', YAK, MIEM.
19 terdiri dari Satu (AHAD) dan Sembilan (KAMIL) sempurna.
jadi dua angka itu sembilanbelas Angka Tuhan. kalau ditambahkan
Satu + Sembilan= Sepuluh (10), Satu+Nol=SATU menjadi AHAD.
Rahasia Penciptaan Semesta
Apakah pernah kita berfikir bagaimana proses terciptanya langit dan bumi ?
Kata ibnu Abbas r.a. bahwa pada waktu Allah SWT hendak menciptakan tujuh lapis langit dan bumi, yang pertama kali diciptakan adalah permata putih; 70.000 tahun lamanya menghampar. Lalu Allah SWT melihat hasil karyanya itu, maka bergoncanglah permata dengan hebatnya karena menyaksikan keagungan Allah SWT. Akhirnya, permata itu pun hancur. 70.000 tahun lamanya berputar-putar. Lalu menjadi air lautan. Lautan itu meluap-luap, dan berlangsung 70.000 tahun lamanya juga. Allah SWT pun menciptakan api untuk menghanguskan air lautan tersebut. Air pun berasap dan berbuih. Buih-buih berkumpul menjadi lumpur. Dari lumpur inilah, Allah SWT menciptakan bumi. Dan dari asapnya itulah Allah menciptakan tujuh lapis langit.
Selasa, 04 Desember 2012
Ramuan Meningkatkan gairah seksual
Kehidupan yang kian hari kian sulit, ditambah lagi cuaca yang tidak bersahabat, tak pelak gairah seksual pun jadi menurun. Akibatnya sudah dapat ditebak,yaitu stress ataupun minder. Untuk mencegah hal itu tidak terjadi maka saya akan berbagi ramuan klasik warisan leluhur untuk menjaga stamina serta daya tempur kaum adam sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi orang yang dicintainya.
walau telah banyak obat kuat beredar dipasaran,namun hal itu sangat berbahaya bagi diri sendiri. Karena mengandung bahan kimia juga dapat mengakibatkan serangan jantung dan ketergantungan. Oleh karena itu isinkan saya berbagi ramuan warisan leluhur dari bahan-bahan alamidan mudah didapatkan.
Sabtu, 01 Desember 2012
Patettong Bicara ( Penegakan Hukum Bangsa Bugis )
Bagi manusia Bugis, menegakkan hukum
terhadap suatu pelanggaran merupakan kewajiban. Dalam konsep Siri'
(malu, harga diri) terungkap bahwa manusia Bugis yang berbuat semaunya
dan tidak lagi mempedulikan aturan-aturan adat (etika panngadereng atau
peradaban) dianggap sebagai manusia yang tidak mempunyai harga diri.
Siri' atau harga diri merupakan landasan bagi "pemimpin" untuk
senantiasa menegakkan hukum tanpa pilih kasih. Pemimpin yang tidak mampu
menegakkan hukum dianggap pemimpin lembek atau banci. Seseorang yang
tidak mempunyai Siri' diumpamakan sebagai bangkai yang berjalan. Dalam
ungkapan Bugis disebutkan: Siri' emmi to riaseng tau (Hanya karena
Siri'-lah kita dinamakan manusia). Itulah sebabnya mengapa para orang
tua Bugis menjadikan Siri' sebagai hal yang amat penting dalam
nasihat-nasihat,seperti :
Langganan:
Postingan (Atom)