Ma'barazanji pada acara haqiqah
Orang Bugis Makassar sangat kental dengan ritual Barazanji. Biasanya ritual ini dilakukan ketika akan melakukan hajatan atau setelah hajatan tersebut. Khususnya masyarakat NU barazanji sering kita jumpai. Alunan syair yang dibaca dengan dialeg khusus serta proses pelaksanaannya yang mengutamakan keakraban antara tamu dan pemilik hajat menampilkan pemandangan unik. Dan tidak sedikit juga orang beranggapan hal itu adalah Bi'dah. Namun kita ambi lposifnya saja, kembalikan semua kepada Allah.Untuk itu marilah kita telusuri asal usul barazanji.
Nama Berzanji diambil dari nama pengarangnya yaitu Syekh Ja'far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim. Ia lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tersebut sebenarnya berjudul 'Iqd al-Jawahir (Bahasa Arab, artinya kalung permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.
Barzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Inilah sebagian syair indah dari barzanji.
Aduhai Nabi, damailah engkau
Aduhai Rasul, damailah engkau
Aduhai kekasih, damailah engkau
Sejahteralah engkau
Telah terbit purnama di tengah kita
Maka tenggelam semua purnama
Seperti cantikmu tak pernah kupandang
Aduhai wajah ceria
Engkau matahari, engkau purnama
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau permata tak terkira
Engkau lampu di setiap hati
Aduhai kekasih, duhai Muhammad
Aduhai pengantin rupawan
Aduhai yang kokoh, yang terpuji
Aduhai imam dua kiblat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar